Please, Translate in Your Language..

Kamis, 08 November 2012

Isim Ashwat

Isim Ashwat  (أسماء الأصوات )


Semua Isim Ashwat diserupakan hukumnya kepada Isim Fi’il, artinya tetap menggunakan satu bentuk lafal dalam penunjukan suatu makna, beramal tapi tidak dapat diamali, baik untuk tunggal, dual, jamak, male dan female.

Isim Aswat ada dua kategori:
  1. Lafazh-lafazh yg ditujukan kepada Hewan yg tidak berakal atau tidak dapat berbicara (seperti anak kecil). contoh:
هَيْدٌ “Haid!” atau هَاد “Haad!” dipakai untuk membentak Unta yang lambat jalannya agar kencang.
هُسْ “Hus” dipakai untuk menghalau Kambing.
كَخْ كَخْ “kakh-kakh” dipakai untuk mencegah anak kecil. Dll 
 
     2. Untuk menceritakan Bunyi/suara dari hewan atau benda mati dll. contoh:
 
غاق “Ghaaq” suara burung gagak.
طق “Thaq” suara batu jatuh.
قب “Qabb” suara pukulan pedang. dll

Semua Isim Aswat adalah Sima’iy bawaan dari orang Arab. Allahu a'lam.

Jumat, 10 Agustus 2012

Penjelasan Syibhu Jumlah

Penjelasan Syibhu Jumlah

Pengertian Syibhu Jumlah

Syibhu Jumlah merupakan sebuah istilah dalam Ilmu Nahwu yang terdiri dari dua kata, yaitu Syibhu yang artinya “menyerupai” dan Jumlah yang artinya “kalimat“, bila disatukan artinya menjadi “menyerupai kalimat“. Maka dari arti tersebut muncul sebuah pertanyaan; ”Dari segi apa ia menyerupai kalimat?”

Untuk mengetahui jawabannya mari kita simak uraian di bawah ini.

Macam-macam Syibhu Jumlah

Dalam ilmu Nahwu Syibhu Jumlah itu ada 2 macam, yaitu:

1. Jarr-Majrur yang terdiri dari Huruf Jarr dan Isim Majrur.

contoh : لِلَّهِ adalah Jarr-Majrur yang terdiri dari لِ sebagai huruf Jarr dan اللَّهِ sebagai isim Majrur.
Dari contoh di atas menunjukkan bahwa Syibhu Jumlah Jarr-Majrur terdiri dari dua kalimat yaitu huruf Jarr dan isim Majrur, walaupun terdiri dari dua kalimat tapi maknanya belum jelas, tidak seperti sebuah jumlah yang walau terdiri dari dua kalimat tapi maknanya sudah jelas dan dapat difahami, perhatikan perbandingan keduanya berikut ini :

Kamis, 26 Juli 2012

Posisi Mungkin Diisi Dhomir Muttashil

Posisi Mungkin Diisi Dhomir Muttashil
 
Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan posisi2 yang tidak mungkin diisi oleh Dhomir Muttashil (Kata ganti yang bersambung). 
 
Pada pembahasan berikut akan dijelaskan pengecualian dari posisi2 yg tidak mugkin diisi oleh Dhomir Muttashil (kata ganti yang bersambung), yaitu:

1. Jika ‘Amil Dhomir (kata yang mempengaruhi Dhomir) tersebut sebenarnya mempengaruhi Dhomir lain yang lebih tinggi derajat Ma’rifat-nya yang Dhomir tersebut posisinya terletak lebih dahulu dan tidak dalam keadaan Marfu’.

Jika terjadi yang demikian, maka secara umum, Dhomir yang terletak pada posisi kedua boleh dibaca secara Muttashil (bersambung) ataupun Munfashil (terputus).

Contoh: firman Allah: فَسَيَكْفِيْكَهُمُ اللهُ (Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka).

Jika kita perhatikan, kata فَسَيَكْفِيْكَهُمُ mengandung 2 Dhomir yaitu Dhomir كَ dan هُمْ yang bila diperhatikan lebih lanjut, ternyata Dhomir كَ di sini lebih tinggi derajat Ma’rifat-nya dari Dhomir هُمْ karena arti Dhomir كَ adalah “kamu” yang maksudnya adalah Rasulullah SAW, sedangkan Dhomir هُمْ artinya adalah “mereka” yang meskipun menunjuk kepada kaum kafir, akan tetapi tidak tertentu siapa mereka ini. Dengan demikian Dhomir كَ memang terbukti lebih Ma’rifat dibanding dengan Dhomir هُمْ.

Senin, 23 Juli 2012

Pembagian Dhomir Al-Munfashil

Pembagian Dhomir Al-Munfashil menurut posisi I’robnya.

Dalam hal ini Al-Munfashil terbagi menjadi dua, yaitu:
  1. Al-Munfashil yang selalu dalam posisi Rafa’. Yaitu: أَنَا (Saya) dan نَحْنُ (Kami). أَنْتَ / أَنْتِ (Kamu), أَنْتُمَا (Kalian berdua) dan أَنْتُمْ / أَنْتُنَّ (Kalian). هُوَ / هِيَ (Dia), هُمَا (Mereka berdua) dan هُمْ / هُنَّ (Mereka).
  2.  Al-Munfashil yang selalu dalam posisi Nashab. Yaitu: إِيَّا yang diikuti oleh harf yang menunjukkan maksudnya. Contoh: إِيَّايَ (Saya) dan إِيَّانَا (Kami). إِيَّاكَ / إِيَّاكِ (Kamu), إِيَّاكُمَا (Kalian berdua) dan إِيَّاكُمْ / إِيَّاكُنَّ (Kalian). إِيَّاهُ / إِيّاَهَا (Dia), إِيَّاهُماَ (Mereka berdua) dan إِيَّاهُمْ / إِيَّاهُنَّ (Mereka).
Catatan: Yang menjadi Dhomir adalah إِيَّا sendiri. Sedangkan Harf-harf yang berada setelahnya adalah Harf Takallum (Pembicara atau Orang Pertama), Harf Khithaab (Pendengar atau Orang Kedua) dan Harf Ghaibah (Ghaib atau Orang Ketiga).

Pendapat ini adalah pendapat Imam Sibawaih yang sebenarnya bertentangan dengan definisi Dhomir itu sendiri yaitu: “Isim yang menunjukkan pembicara atau orang pertama, pendengar atau orang kedua dan ghaib atau orang ketiga,” sebab إِيَّا sendiri tanpa disertai harf-harf di atas tidaklah menunjukkan apa-apa, lalu bagaimana bisa إِيَّا sendiri bisa disebut sebagai Dhomir?

Kamis, 19 Juli 2012

Penjelasan Tentang Dhomir (Kata Ganti)

 Dhomir (Kata ganti)

Definisi Dhomir adalah tiap Isim yang dibuat untuk mewakili Mutakallim (si pembicara/orang pertama), Mukhotob (yang diajak berbicara/orang kedua), Ghaib (yang tidak ada di tempat/orang ketiga).

Contoh: 
  • Mutakallim : أَنَا (Saya) dan نَحْنُ (Kami).
  •  Mukhotob : أَنْتَ (Kamu) dan أَنْتُمْ (Kalian).
  • Ghaib : هُوَ (Dia) dan هُمْ (Mereka).
Pembagian Dhomir
 
Dhomir secara sederhana terbagi menjadi dua, yaitu:
  1. Al-Bariz, yaitu Dhomir yang mempunyai bentuk dan tampak dalam lafazh. Seperti huruf Taa’ pada kata kerja قُمْتُ (Aku telah berdiri).
  2. Al-Mustatir, yaitu Dhomir yang tidak mungkin tampak dalam lafazh akan tetapi bisa diperkirakan apa yang dimaksud. Seperti Dhomir أَنْتَ (Kamu) dalam kata قُمْ (Berdirilah!) yang meskipun tidak nampak dalam lafazh namun kita bisa perkirakan bahwa Dhomir yang dimaksud adalah أَنْتَ karena kata perintah pasti ditujukan untuk orang kedua.

Penjelasan An-Nakiroh dan Al-Ma’rifah

An-Nakiroh dan Al-Ma’rifah (bagian 1)
Isim dari segi tertentu dan tidaknya, terbagi menjadi dua yaitu An-Nakiroh dan Al-Ma’rifah.
Setiap Isim pada asalnya adalah Nakiroh yaitu sebuah istilah dalam ilmu gramatika bahasa Arab yang menunjukkan bahwa suatu makna berlaku atas tiap anggota suatu benda/isim tertentu baik secara nyata ataupun abstrak.
Contoh pemberlakuan secara nyata: رَجُلٌ (Seorang laki-laki).
 
Makna seorang laki-laki di sini berlaku atas tiap anggota isim/kata benda yang punya makna seorang laki-laki, baik itu Ahmad, Umar, Zaid, atau laki-laki tinggi, laki-laki pendek atau laki-laki yang lain.
Disebut berlaku secara nyata, karena kita bisa membayangkan ribuan bahkan jutaan laki-laki yang bisa masuk dalam makna رَجُلٌ ini dan benar-benar nyata adanya, meskipun kita tidak tahu siapa yang dimaksud.

Maka jika ada yang berkata: جَاءَ رَجُلٌ (Telah datang seorang laki-laki), kita bisa fahami datangnya seorang laki-laki yang kita tidak bisa memastikan siapa laki-laki yang dimaksud oleh si pembicara.
 
Contoh pemberlakuan secara abstrak: شَمْسٌ (Sebuah matahari).

Minggu, 15 Juli 2012

Fi'il Ma'lum dan Fi'il Majhul

Fi'il Ma'lum dan Fi'il Majhul

فِعْل مَعْلُوْم - فِعْل مَجْهُوْل

FI'IL MA'LUM (Kata Kerja Aktif) - FI'IL MAJHUL (Kata Kerja Pasif)

Dalam tata bahasa Indonesia, dikenal istilah Kata Kerja Aktif dan Kata Kerja Pasif. Perhatikan contoh berikut ini:
Abubakar membuka pintu. --> kata "membuka" disebut Kata Kerja Aktif.
Pintu dibuka oleh Abubakar. --> kata "dibuka" disebut Kata Kerja Pasif.
Dalam tata bahasa Arab, dikenal pula istilah Fi'il Ma'lum dan Fi'il Majhul yang fungsinya mirip dengan Kata Kerja Aktif dan Kata Kerja Pasif. 

Perhatikan contoh kalimat di bawah ini:
ضَرَبَ عُمَرُ ضُرِبَ عُمَرُ
(= Umar memukul) (= Umar dipukul)
Fi'il ضَرَبَ (=memukul) adalah Fi'il Ma'lum (Kata Kerja Aktif). Fa'il atau Pelakunya adalah Umar bersifat aktif (melakukan pekerjaan yakni memukul).
Fi'il ضُرِبَ (=dipukul) adalah Fi'il Majhul (Kata Kerja Pasif). Fa'il atau Pelakunya tidak diketahui (tidak disebutkan). Untuk itu, dalam Fi'il Majhul, dikenal istilah Naib al-Fa'il ( نَائِبُ الْفَاعِل ) atau Pengganti Fa'il (Pelaku). Dalam contoh di atas, Umar adalah Naib al-Fa'il (pengganti Pelaku).
 

Defenisi Ilmu Sharaf

DEFINISI ILMU SHARAF

اِعْلَمْ اَنَّ التَّصْرِيْفَ فِي اللُّغَةِ التَّغْيِيْرُ وَفِي الصَّنَاعَةِ تَحْوِيْلُ اْلأَصْلِ الْوَاحِدِ إِلَى أَمْثِلَةٍ مُخْتَلِفَةٍ لِمَعَانٍ مَقْصُوْدَةٍ لاَ تَحْصُلُ اِلاَّ بِهَا

Ketahuilah, bahwa yg dinamakan Tashrif menurut bahasa: Perubahan. Dan menurut Istilah: mengubah asal bentuk kalimat yang satu kepada model-model bentuk yang berbeda-beda, untuk menghasilkan makna-makna yang diharapkan/yang dimaksud/ yang dituju, yang tidak akan berhasil melainkan dengan cara itu (model-model bentuk tsb).
 

Penjelasan:
Asal atau akar dari kalimat adalah Masdar menurut Ulama Bashrah, ini yang muktamad. sedangkan menurut Ulama Kufah akar kalimat adalah Fi’il Madhi. Dari asal bentuk kalimat Masdar dirubah kepada bentuk yang lain menjadi: Fi’il Madhi, Fi’il Mudhari’, Fi’il Amar, Fi’il Nahi, Isim Fa’il, Isim Maf’ul, Isim Zaman, Isim Makan, Isim Alat, Isim Murrah, Isim Hai’ah, Isim Nau’, Isim Tafdhil, Isim Shighat Mubalaghah dsb. Perubahan ke contoh-contoh bentuk tsb. Tujuannya untuk menghasilkan makna yang diharap. Tidak akan berhasil mencapai makna itu, melainkan dengan perubahan-perubahan tsb. Bedakan dengan definisi Ilmu Nahwu yaitu Ilmu yang membahas tentang perubahan akhir Kalimat.
 

Contoh:
Asal kalimat adalah Masdar الضَّرْبُ “ad-dharbu” = pukulan. Kemudian dirubah menjadi ضَرَبَ “dharaba” =telah memukul. يَضْرِبُ “yadhribu” =akan memukul. اِضْرِبْ “idhrib” =pukullah! Dan lain-lain. Nah, contoh bentuk-bentuk seperti inilah yang dimaksud untuk menghasilkan makna yang dituju.
Begitulah pembahasan TASHRIF menurut bahasa dan Istilah. (repost: muh.sururudin)

I'rab Fi'il Mudhari'

إِعْرَب فِعْل الْمُضَارِع
I'RAB FI'IL MUDHARI'

Fi'il Mudhari' juga mengalami I'rab atau perubahan baris/bentuk di akhir kata bila didahului oleh harf-harf tertentu. Fi'il Mudhari mengenal tiga macam I'rab:

1) I'RAB RAFA' ialah bentuk asal dari Fi'il Mudhari' dengan alamat (tanda):
a. Baris Dhammah: أَفْعَلُ / نَفْعَلُ / تَفْعَلُ / يَفْعَلُ
b. Huruf Nun: تَفْعَلِيْنَ / تَفْعَلاَنِ / تَفْعَلُوْنَ / يَفْعَلاَنِ / يَفْعَلُوْنَ

2) I'RAB NASHAB bila dimasuki Harf Nashab. Alamatnya adalah:
a. Baris Fathah: أَفْعَلَ / نَفْعَلَ / تَفْعَلَ / يَفْعَلَ
b. Hilangnya huruf Nun: تَفْعَلِيْ / تَفْعَلاَ / تَفْعَلُوْا / يَفْعَلاَ / يَفْعَلُوْا


Adapun yang termasuk Harf Nashab ialah: أَنْ (=bahwa), لَنْ (=tidak akan), إِذَنْ (=kalau begitu), كَيْ (=supaya), حَتَّى (=hingga), لـِ (=untuk).


Perhatikan contoh-contohnya dalam kalimat:
Fi'il Mudhari' Rafa' Fi'il Mudhari' Nashab
أَنَا أَكْتُبُ الدَّرْسَ أُرِيْدُ أَنْ أَكْتُبَ الدَّرْسَ
(=saya menulis pelajaran) (=saya mau menulis pelajaran)
هُمْ يَدْرُسُوْنَ. هُمْ يَفْهَمُوْنَ. هُمْ يَدْرُسُوْنَ حَتَّى يَفْهَمُوْا
(=mereka belajar. mereka mengerti) (=mereka belajar hingga mengerti)


Mempelajari Pengertian I'rob

Mempelajari I’rob Suatu Kata

Definisi I'rob:
تَغْيِيْرُ اَوَاخِرِ الكَلمَةِ لاِخْتِلاَفِ الْعَوَامِلِ الدَّاخِلَةِ عَلَيْهَا
(Perubahan akhir suatu kata karena adanya perbedaan amil yang masuk pada kata tersebut).

Dalam kaidah bahasa arab, ada yang dikenal dengan I’rob atau mu’rob yang menunjukkan perubahan syakl (biasa berarti perubahan harakat atau perubahan bentuk) akhir dari suatu kata disebabkan kedudukannya dalam kalimat. Lalu, bagaimana kita dapat mengetahui i’rob suatu kata dan bagaimana cara mengi’robnya??

Untuk pembahasan kali ini, kita akan membahas bagaimana cara mengi’rob suatu isim dari kalimat. Sebelumnya kita harus mengetahui terlebih dahulu, apa saja isim-isim yang mu’rob, isim-isim menurut jenisnya dan bilangannya serta kedudukannya dalam kalimat, baik marfu’, mansub atau majrur, seperti fa’il, mubtada, khobar dan selainnya dalam pembahasan isim yang marfu, dengan bekal tersebut dapat memudahkan di dalam mengi’rob suatu kata.
 

Sebagai contoh adalah kata فَاطِمَةَ dalam kalimat:
تُؤْمَرُ فَاطِمَةُ إِلَى السُّوْقِ (Fatimah diperintah untuk ke pasar )
Dengan berbekal pemahaman dari pembahasan sebelumnya, kita dapat mengetahui bahwa Fatimah merupakan isim muannats yang menunjukkan perempuan, dengan kata berbentuk tunggal (tidak ada tambahan alif dan nun atau alif dan ta’ yang menunjukkan jamak), dan dengan melihat kedudukannya dalam kalimat, kita bisa tahu ternyata Fatimah berkedudukan marfu sebagai na’ibul fa’il, karena fi’il yang digunakan adalah fi’il mudhori majhul (kata kerja pasif).


Definisi atau Pengertian Nahwu

Definisi atau Pengertian Nahwu

Nahwu adalah suatu kaidah untuk mengetahui fungsi setiap kalimat yang masuk pada jumlah, harokat terakhir pada kalimat dan tata cara i’robnya.

Kalimat dalam bahasa arab terbagi menjadi 3 bagian : Isim, Fiil dan Huruf.

• Isim
Isim adalah setiap kalimat yang menunjukkan makna insan, hewan, tumbuh-tumbuhan, benda mati, nama tempat, zaman/waktu, atau sifat.Contoh :
رجل – أسد – زهرة – حائط - القاهرة – شهر – نظيف – استفلال
Tanda-tanda isim adalah : kemasukkan tanwin (رجلٌ).kemasukkan ال (الرجلُ) . kemasukkan huruf nida’ (يا رجلُ).kemasukkan huruf jar (على الشجرةِ).


• Fiil
Fiil adalah setiap kalimat yang menunjukkan terhadap kejadian suatu perkara pada zaman tertentu.Contoh : كتب – يجرى – اسمع
Tanda fiil adalah : kemasukkan ta’ul fail (كتبتُ).kemasukkan ta’ut ta’nis (كتبتْ).kemasukkan yaul mukhothobah (تكتبين).kemasukkan nun taukid (ليكتبن).


• Huruf
Huruf adalah setiap kalimat yang tidak mempunyai makna kecuali di gabungkan dengan kalimat yang lain.Contoh : (فى)

TEKNIK SEO MUDAH DAN GRATIS | Optimasi Seo, Seo Tools, Optimasi Blog, Seo Terbaik, Seo Gratis

BELAJAR AKUNTANSI DASAR | Akuntansi Perusahaan Dagang, Manajemen Akuntansi, Laporan Keuangan